Detail Artikel
Waktu Publish :2023-10-18 13:46:30, Oleh : dr. Kusumas Dani Ananta Utami
Dalam rangka mendukung upaya eliminasi penyakit malaria Provinsi DIY, pada hari Kamis, 21 September 2023, bertempat di Hotel Grand Rohan Yogyakarta, RSU Rajawali Citra berkesempatan menghadiri kegiatan Workshop Peningkatan Kapasitas Petugas Malaria. Kegiatan ini diadakan sebagai bentuk upaya dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul untuk mempertahankan eliminasi malaria di Kabupaten Bantul. Pada kesempatan tersebut, Dr. dr. Andreasta Meliala, DPH, M. Kes. MAS sebagai narasumber yang memberikan materi terkait “Petugas Malaria Masa Kini”.
Malaria masih menjadi masalah kesehatan global yang angka kematiannya masih tinggi. Dalam hal ini, sumber daya manusia menjadi penggerak utama yang berperan dalam penanggulangan penyakit malaria. Beberapa hal yang mempengaruhi kinerja SDM ini antara lain perbandingan jumlah ketersediaan petugas dengan kebutuhan lapangan, sumber daya peralatan atau teknologi pendukung, tugas dari masing-masing petugas, serta insentif yang diberikan kepada petugas.
Selain petugas, masyarakat juga memiliki peran penting dalam upaya eliminasi penyakit malaria. Pemahaman dan kepedulian masyarakat tentang penyakit malaria harus terus ditingkatkan. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina yang mengandung Plasmodium didalamnya. Plasmodium yang masuk ke tubuh manusia melalui gigitan akan berkembang biak di sel darah merah.
Nyamuk Anopheles menyimpan telur-telurnya di dalam air, kemudian berubah menjadi larva dan tumbuh menjadi nyamuk dewasa. Pada proses ini, nyamuk betina akan mencari sumber makanannya, yaitu darah, yang lebih aktif dilakukan pada waktu sore hingga subuh. Proses ini bisa mentransmisikan parasit Plasmodium kepada manusia. Proses transmisi juga dipengaruhi oleh cuaca dan iklim. Pada musim hujan dan sesaat setelah musim hujan, perkembangbiakan nyamuk paling banyak terjadi.
Pada seseorang dengan imunitas tubuh yang baik, kemungkinan terinfeksi malaria lebih kecil, sedangkan pada orang dengan imunitas kurang baik, gejala malaria bisa muncul 10-15 hari setelah gigitan nyamuk. Awalnya, seseorang merasakan gejala seperti flu, demam, dan sakit kepala dan sulit diidentifikasi sebagai malaria. Kemudian, bisa berkembang menjadi anemia dan penyakit kuning yang awalnya muncul pada kulit dan mata. Jika tidak dapat penanganan dalam 2aktu cepat, gejala tersebut dapat berkembang menjadi sakit parah dan menyebabkan komplikasi, seperti gagal ginjal, kejang, gangguan mental, koma, dan sering berujung pada kematian.
Di Kabupaten Bantul, terdapat beberapa desa yang masih menjadi wilayah reseptif malaria atau wilayah dimana masih ditemukan nyamuk Anopheles dalam jumlah banyak dan terdapat faktor-faktor iklim serta ekologis yang memudahkan terjadinya penularan. Beberapa desa tersebut, yaitu: Argomulyo, Tamantirto, Pendowoharjo, Panjangrejo, Sendangsari, Trimurti, Caturharjo, Canden, Srimartani, Bawuran, Mangunan, Dlingo, dan Jambidan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit malaria, yaitu:
menggunakan kelambu atau obat anti nyamuk apabila dirasa terdapat banyak nyamuk di lingkungan sekitar,
menutup tempat yang memungkinkan terjadinya genangan air
apabila memiliki kolam, diharapkan bisa memelihara ikan pemakan jentik-jentik nyamuk
menutup penampungan air saat tidak digunakan
mengurangi kegiatan di sekitar area genangan air, terutama malam hari
bila akan pergi ke daerah endemis malaria, dapat konsultasi ke dokter untuk pemberian obat profilaksis
Peningkatan pengetahuan dan perhatian masyarakat terhadap kejadian malaria, diharapkan mampu untuk meningkatkan upaya eliminasi penyakit malaria.